Minggu, 04 Juli 2010

REFRESHING KE LUBANG BUAYA

Setelah sekian lama bekerja di daerah luar kota tanpa pernah bisa menikmati libur, akhirnya pada bulan Februari kali ini bisa merasakan nikmatnya long weekend di rumah. Hmm,,, mau ngapain ya long weekend kali ini ? Tapi rasanya pengen tidur aja di rumah, he,he,he.

Sabtu pagi tanggal 27 Februari 2010, adikku membangunkan ku di pagi hari. Dia memintaku untuk menemaninya pergi ke museum Lubang Buaya. Hmm… ada apakah gerangan, tiba-tiba adikku pengen banget pergi ke sana. Apa serunya jalan-jalan ke museum ? bosen ke museum, nanti juga dari sekolah ada karyawisata kesana. Lagipula apa hari Sabtu dan Minggu buka ? pasti sepi pikirku. Namun adikku terus mendesak, karena penasaran dengan cerita pengalaman temannya yang sudah pernah ke Museum Lubang Buaya.

Siang hari kami berangkat. Dengan sepeda motor kulewati Taman Mini yang biasanya sepi di hari biasa entah ada apa, tiba-tiba menjadi padat dengan kendaraan pengunjung. Dengan rasa was was penuh tanda tanya, ku kemudikan motorku ke arah Pondok Gede. Namun dalam hatiku masih bertanya-tanya, “Lubang Buaya buka nggak ya hari Sabtu ?”

Sungguh diluar dugaan. Sesampainya di depan gerbang Lubang Buaya, ternyata pengunjungnya lumayan banyak juga. Padahal kami datang hari Sabtu siang, dan ternyata cukup banyak para pelajar yang datang rame-rame dan juga para orang tua yang membawa anak-anaknya jalan-jalan ke museum. Hmm… syukurlah ternyata masih ada juga yang antusias berlibur ke Museum.

Setelah membeli tiket masuk yang sangat murah, hanya Rp 3500/orang dan biaya parker motor Rp 1000, lalu kulajukan motor ku ke dalam kompleks museum yang jaraknya kurang lebih 1,5 km dari jalan raya Pondok Gede.

Tempat parkiran motor lokasinya tepat di depan pintu masuk ke komplek rumah penyksaan dan bangunan museum yang tampak megah. Tidak banyak yang berubah dari sejak terakhir kali aku berkunjung ke tempat ini saat masih sekolah SD.

Adikku yang baru pertama kali ke Lubang Buaya dan penasaran dengan ceritanya, langsung bergegas ke area kompleks rumah penyiksaan dan sumur maut. Sungguh kaget bukan main, ternyata di hari weekend ini pengunjungnya lumayan banyak, padahal tidak ada rombongan bus Pariwisata yang di charter oleh sekolah. Seraya mengenang masa kecil ku saat karyawisata waktu masih SD, kuajak adikku berkeliling. Namun yang membuatnya ingin berlama-lama di tempat itu adalah rekaman sandiwara radio yang mengisahkan kejadian yang memilukan saat pemberontakan G30S/PKI kala itu. Rekaman suara yang menjadi soundtrack diorama penyiksaan di sebuah rumah di samping sumur maut. Kisah yang tak kuhiraukan saat karyawisata dulu. Rekaman yang suaranya sudah tidak jernih lagi karena terus diputar berulang-ulang sepanjang hari, yang mungkin terasa membosankan. Namun kini sangat ingin kudengarkan sampai selesai ceritanya.

Adikku sangat antusias sekali mendengarkan kisah penculikan dan penyiksaan yang diputar melalui rekaman sandiwara, seraya membayangkan kekejaman PKI yang digambarkan melalui diorama penyiksaan para Pahlawan dalam bentuk patung di dalam sebuah rumah di samping sumur maut. Sementara itu pengunjung yang datang pun semakin banyak, mulai dari yang ingin mengetahui sejarah kebiadaban PKI sampai yang hanya sekedar foto-foto. Sedangkan diriku terlarut mengenang masa kecil Saat kelas empat SD bersama teman-teman sekolah melakukan karyawisata di tempat ini, dan setiap orang wajib membuat laporan kunjungan dari masing-masing tempat wisata bersejarah yang dikunjungi.

Setelah cukup puas mendengarkan kisah pemberontakan PKI, melihat sumur maut dan diorama penyiksaan yang digambarkan dengan patung, serta berfoto-foto di depan Monumen Pancasila Sakti. Kemudian kami beranjak untuk melihat ke rumah-rumah tua yang masih asli dan dahulu pernah digunakan pasukan PKI untuk menyiapkan aksinya. Rumah rumah tersebut tersebut adalah Pos Komando dan dapur umum bagi pasukan PKI kala itu. Setelah itu kami menuju ke sebuah bangunan megah di depan tempat parkir kendaraan.

Bangunan dua lantai dengan arsitektur rumah Jawa adalah Museum Penghianatan PKI (komunis). Didalamnya terdapat banyak koleksi sejarah pemberontakan PKI di Indonesia. Saat memasuki pintu utama museum, pengunjung masuk ke ruang intro dimana terdapat 3 mozaik foto berukuran besar yang masing-masing menggambarkan ; Kekejaman PKI terhadap bangsa sendiri dalam pemberontakan Madiun. Penggalian jenazah korban keganasan PKI dalam Gerakan 30 September 1965, serta Pengadilan gembong-gembong G.30.S/PKI oleh Mahkamah Militer Luar Biasa. Setelah itu pengunjung diarahkan menuju lorong untuk mengellingi bangunan museum yang menyuguhkan Koleksi Diorama sejarah Pemberontakan PKI sejak tahun 1945 yang mulai membentuk organisasi massa sampai peristiwa tertembak matinya seorang tokoh sisa-sisa PKI pada 12 Januari 1974 yang mendirikan PKI gaya baru di Kalimantan Barat.

Setelah puas melihat koleksi Museum Penghianatan PKI, melalui sebuah jembatan penghubung, pengunjung dirahkan ke sebuah bangunan satu lantai yang bernama Gedung Paseban. Gedung ini adalah Museum Monumen Pancasila Sakti yang diresmikan oleh Presiden RI pada 1 Oktober 1981. Di dalamnya terdapat beberapa diorama yang menceritakan sejarah tentang peristiwa yang terjadi saat peristiwa G.30.S/PKI, seperti ; Diorama rapat-rapat persiapan pemberontakan, pelatihan sukarelawan di Lubang Buaya (5 Juli-30 September 1965), penculikan Jenderal Ahmad Yani, Penganiayaan di Lubang Buaya, Pengangkatan jenazah dan lainnya. Di museum ini juga ada ruang Relik yang berisi barang-barang peninggalan para Pahlawan Revolusi terutama pakaian yang dikenakan pada saat mereka gugur, hasil visum dokter, peluru yang diketemukan dalam tubuhnya dan lainnya. Namun yang lebih seru lagi di museum ini adalah terdapatnya Ruang teater, dengan harga masuk Rp 1000, pengunjung dapat menonton VCD berdurasi ± 30 menit yang berisi rekaman bersejarah sekitar pengangkatan jenazah Pahlawan Revolusi dari sumur tua di Lubang Buaya, pemakaman ke Taman Makam Pahlawan Kalibata, sidang Mahmilub serta cuplikan film G.30.S/PKI yang dahulu sering diputar di TVRI setiap tanggal 30 September pada masa pemerintahan Orde Baru.

Selain itu juga museum ini pun memiliki koleksi lain yang di pajang di taman sekitar lokasi monument dan museum, yaitu Truck Dodge yang di pakai Pemberontak G.30.S/PKI, Mobil Dinas Men/Pangad Letjen TNI Ahmad Yani, Mobil Dinas Pangkostrad Mayjen TNI Soeharto dan Panser Saraceen yang dipakai untuk membawa jenazah para Pahlawan Revolusi menuju Taman Makam Pahlawan Kalibata.

Senang rasanya bisa berlibur sambil belajar sejarah seraya mengenang masa-masa sekolah. Syukurlah, ternyata masih banyak orang yang memilih berlibur ke tempat-tempat yang edukatif seperti museum. Semoga para generasi muda dapat mengambil pelajaran dari peristiwa sejarah bangsa untuk dapat mebangun bangsa ini menjadi lebih baik, tanpa melupakan jasa para pahlawan yang telah berjasa bagi negeri tercinta ini.


Jakarta, 8 Juni 2010
22:42 pm