Sabtu, 16 Oktober 2010

TEGURAN DARI ALLAH LEWAT SI ABANG SOMAY

Sabtu 16 Oktober 2010 sore, saat baru saja tiba di rumah setelah bekerja. Perut ini terasa lapar sekali, ingin rasanya memakan cemilan sebelum makan malam supaya bisa cepat menambah berat agar menjadi ideal sesuai standar. Dan kebetulan tadi kulihat ada tukang somay yang sedang mangkal di dekat rumah. Si abang somay yang trayeknya hampir setiap sore lewat lingkungan tempat tinggal ku.

Setelah masuk ke rumah yang masih berantakan karena sedang direnovasi, lalu kutawarakan adik dan ibuku untuk menikmati somay di sore itu, tetapi mereka sedang tidak mau. Ya sudahlah untuk ku saja kalo begitu, pikirku dalam hati. Tetapi berhubung karena tidak mau merepotkan ibuku dan menambah banyak cucian piring, kuputuskan untuk menikmati somay dengan mengunakan piringnya si abang saja yang sedang mangkal di pinggir jalan dengan gerobaknya.

Sore itu saat menjelang magrib, si abang masih sibuk melayani pembeli yang nampak antri. Ya…. somay buatan si abang ini memang enak, sehingga setiap sore selalu ditunggu kedatangannya. Sejak saya kecil si abang sudah berjualan somay keliling sampai sekarang saya berumur 27 tahun, jadi saat menikmati somay-nya, seperti sedang mengenang masa kecil ketika sambil bermain di sekitar rumah terus disuapi oleh ibuku untuk makan somay buatan si abang ini.

Wah…. banyak juga yang sedang membeli somay-nya saat diriku datang. Anak-anak kecil lebih suka membelinya pakai plastik, tetapi karena aku makan di tempat, jadinya yang terakhir deh dilayani sama si abang. Satu porsi seharga Rp 5000 plus telor rebus cukup maknyus, sambal kacangnya pun pas dan tidak begitu pedas. Hmm… tidak ada yang berubah dari rasanya, masih tetap senak seperti saat aku kecil, meskipun kini si abang rambutnya sudah banyak yang putih.

Adzan magrib pun berkumandang, dan aku pun masih terduduk santai di tepi jalan menikmati sepiring somay, sedangkan beberapa warga nampak bergegas menuju masjid untuk sholat magrib berjamaah..

“Wah… sepi sekali, sudah magrib pula” dalam hatiku.

Lalu kupercepat makan ku, agar bisa segera pulang untuk sholat magrib. Namun saat tinggal beberapa suap lagi somay ini kuhabiskan, tiba-tiba si abang menghampiriku dan berkata

“Saya tinggal sholat dulu ya di masjid ? tenang saja” ucap si abang dengan santai sambil berlalu pergi dengan tergesa-gesa meninggalku sendiri.

“Yah… koq ditinggalin bang, tingal sedikit lagi nih” gumanku.

Dan akupun tertegun. Astagfirullah hal azim, ya Allah… ampuni hamba yang lemah hatinya. Betapa bodohnya aku, tatkala suara penyeru Mu berkumandang, menyeru umatmu untuk segera menghadapMu, menunaikan sholat magrib berjamaah di masjid. Tetapi diriku masih duduk santai di pinggir jalan menikmati somay, sedangkan si abang somay dengan ikhlasnya meninggalkan begitu saja gerobak yang merupakan sumber mata pencahariannya, untuk segera menghadap Mu, ya Allah.

Malu rasanya diri ini, karena telah ditegur oleh Allah melalui si abang somay. Kemudian dengan cepat segera kuhabiskan somay yang tersisa di piringku, lalu bergegas menuju ke masjid untuk sholat magrib berjamaah, semoga tidak ketinggalan. Dan Alhamdulillah…., kami pun lalu sholat magrib berjamaah di masjid.

Subhanallah….., Si Abang somay itu pasti sadar betul bahwa Allah lah segalanya dan dia yakin bahwa Allah lah yang memberinya rejeki, jadi dia tidak perlu khawatir untuk meninggalkan harta yang dimilikinya. Terimakasih ya Bang, terimakasih telah mengingatkan ku. Semoga Allah melimpahkan rezeki mu dan kita semua dapat mengambil hikmah dari setiap kejadian yang dialami. Semoga kita menjadi semakin rajin untuk sholat berjamaah di masjid. Amin…

Aditya,
Jakarta, 16 Oktober 2010
Jam 20:59 WIB