Senin, 15 Juni 2009

ASAL USUL GAJAH ASIA

ASAL USUL GAJAH ASIA
Oleh Aditya Rachman Putra

Dahulu kala, gajah-gajah hidup dalam sebuah kelompok di belantara hutan benua Afrika. Kelompok gajah tersebut dipimpin oleh seekor gajah betina dewasa yang tubuhnya besar dan kuat bernama Bu Giza. Sementara itu, semua gajah jantan dewasa hidup terpisah dan menyendiri dari kelompoknya. Bu Giza juga memiliki dua ekor anak betina yang sudah beranjak dewasa bernama Jumba dan Jumbi.
Jumba adalah anak yang tertua, tubuhnya besar dan kuat. Sedangkan Jumbi, tubuhnya sedikit lebih kecil dari Jumba. Keduanya sama-sama memiliki gading yang panjang. Namun karena memiliki tubuh yang paling besar membuat Jumba menjadi lebih sombong dan angkuh. Hal itu membuat semua anggota gajah menjadi segan dan takut kepadanya. Sedangkan sifat Jumbi jauh berbeda dengan Jumba. Selain cerdas, Jumbi juga memiliki sifat yang baik hati dan mau bersahabat dengan siapa saja. Dia juga selalu berusaha menolong dan melindungi anggota kelompok gajah yang terancam bahaya maupun yang sedang kesusahan. Hal inilah yang membuat semua gajah suka padanya.
Suatu hari Bu Giza merasa sudah tidak sanggup lagi memimpin kelompoknya, dikarenakan usianya yang sudah tua. Ia ingin menyerahkan mahkota pusaka gajah kepada penggantinya yang memiliki sifat kepemimpinan yang baik dan dapat melindungi seluruh anggota kelompoknya. Lalu diadakanlah musyawarah yang dihadiri oleh seluruh gajah dewasa untuk memilih ketua kelompok gajah yang baru.
Setelah melalui diskusi dan perdebatan yang cukup lama, Akhirnya semua peserta musyawarah sepakat memilih Jumbi sebagai ketua kelompok gajah yang baru untuk menggantikan Bu Giza.
Jumbi yang semula tidak mengira akan terpilih sebagai ketua, tak kuasa menolak keinginan semua gajah tersebut. Kemudian diadakanlah upacara pengangkatan dan pemberian mahkota pusaka gajah kepada Jumbi. Lalu pada saat pemberian mahkota, Bu Giza berpesan agar semua gajah menghormati hasil keputusan musyawarah ini, dan mengingatkan Jumbi agar selalu melindungi anggotanya dari ancaman bahaya dan tidak bertindak sewenang-wenang dalam memimpin.
Beberapa hari kemudian kemudian, Bu Giza meninggal dunia. Semua gajah merasa sedih dan kehilangan. Terutama Jumbi yang sangat terpukul karena kehilangan seorang ibu yang sangat dihormati dan dicintainya. Jumbi pun teringat pesan Bu Giza saat upacara penyerahan mahkota kepadanya. Kemudian ia berjanji akan menjalankan amanah yang diberikan kepadanya dengan baik.
Setelah Bu Giza dimakamkan, Jumbi mengajak seluruh anggotanya untuk pindah ke daerah lain mencari sumber makanan yang lebih banyak. Semua anggota pun setuju. Namun tiba-tiba ada seekor gajah yang menolak
“Tidak, aku tidak mau ikut.” Teriak Jumba dengan suara lantang.
Semua gajah terkejut dan langsung menoleh ke arah Jumba yang diam-diam ternyata merasa kesal karena tidak terpilih sebagai ketua kelompok. Ia pun langsung menghampiri Jumbi sambil membentak.
“Jangan mentang-mentang kamu sudah menjadi ketua, seenaknya menyuruh kami untuk pergi dari sini”
Kemudian dengan tenang Jumbi mencoba menasehati kakaknya dengan sopan. “Maaf kak Jumba, kita memang harus pergi, persediaan makanan di sini sudah hampir menipis.”
Namun jumba tetap menolak dan mengotot tidak ingin pergi. Lalu terjadilah perang mulut diantara kedua kakak beradik ini. Jumba yang merasa dirinya lebih pantas untuk menjadi ketua kelompok, kemudian menantang Jumbi untuk bertarung.
“Baiklah, aku akan ikut pergi jika kau bisa mengalahkan aku. Tapi jika kau yang kalah, kau harus menyerahkan mahkota pusaka gajah itu kepadaku dan aku yang akan menjadi ketua kelompok. Bagaimana ?” Tantang Jumba dengan penuh keyakinan.
Jumbi menerima tantangan tersebut, lalu terjadilah perkelahian yang seru antara Jumbi dan Jumba. Perkelahian itu berlangsung lama, sampai-sampai kedua gading Jumba patah, sedangkan tubuh Jumbi menjadi babak belur karena diserang oleh Jumba. Tidak ada seekor gajah pun yang berani memisahkan mereka berdua.
Akhirnya Jumba memenangkan pertarungan tersebut. Kemudian dengan sombong Jumba tertawa.
“Ha, ha, ha…kau kalah Jumbi. Sesuai perjanjian kita, kau harus menyerahkan mahkota itu kepadaku sekarang.”
Sambil mengerang kesakitan Jumbi mengakui kekalahannya lalu meyerahkan mahkota yang ada di kepalanya itu kepada Jumba. Setelah memakai mahkota pusaka gajah, Jumba jadi semakin sombong.
“Ha, ha, ha…sekarang akulah ketua baru kalian. Ayo kalian semua bersujud !” Perintah Jumba kepada semua gajah.
Gajah-gajah yang ada di tempat itu pun tak kuasa menolak, mereka semua bersujud menghormati Jumba. Namun keanehan terjadi. Mahkota yang dikenakan Jumba tiba-tiba saja mengeluarkan cahaya keemasan yang menyilaukan mata. Jumba langsung mengerang kesakitan. Tetapi tidak ada seekor gajahpun yang dapat melihat apa yang sebenarnya sedang dialami oleh Jumba.
Jumba masih saja mengerang kesakitan. Lalu setelah cahaya keemasan yang menyilaukan itu hilang, semua gajah terkejut melihat tubuh Jumba yang kini menjadi lebih kecil dari sebelumnya. Jumba pun tidak mempercayai perubahan yang telah terjadi pada dirinya. Namun setelah menyadari bahwa apa yang baru saja dialaminya adalah kenyataan, ia pun menangis. Ini adalah kutukan dari Bu Giza.
Sambil menangis, Jumba meminta maaf atas kesalahan yang telah diperbuatnya dan mengembalikan Mahkota Pusaka Gajah kepada Jumbi. Lalu dengan rendah hati, Jumbi pun memaafkan kesalahan kakaknya.
Untuk menebus kesalahannya, Jumba yang merasa malu karena tubuhnya sekarang lebih kecil dan gadingnya pun lebih pendek dari Jumbi, memilih untuk berkelana sendiri. Ia lalu meninggalkan kelompoknya dan berjalan terus ke arah Timur.
Akhirnya setelah lama berjalan, Jumba memilih untuk menetap dan tinggal di daerah yang kini disebut sebagai daratan Asia. Sedangkan Jumbi dan kelompok gajah yang dipimpinnya tetap tinggal di daratan Afrika. Itulah sebabnya, mengapa sekarang gajah Asia tubuhnya lebih kecil dan gadingnya juga jauh lebih pendek daripada gajah Afrika.

Tidak ada komentar: