Senin, 15 Juni 2009

MOMO DAN KOKO

MOMO DAN KOKO
Oleh Aditya Rachman Putra


Momo adalah seekor monyet yang bersahabat dengan seekor kancil bernama Koko. Mereka sering bermain bersama di hutan. Suatu hari Koko mengeluh kepada Momo bahwa sumber makanan di hutan sudah semakin berkurang. Tidak seperti dulu lagi katanya. Lalu keduanya pun termenung memikirkan hutan tempat tinggal mereka yang semakin rusak dan berkurang karena ditebangi oleh manusia yang tidak bertanggung jawab, sehingga mereka menjadi sulit untuk mendapatkan makanan di dalam hutan.
Suatu hari Momo berlari-lari sambil berteriak-teriak mencari Koko dengan wajah gembira. Koko yang sedang makan heran dengan tingkah laku Momo.
“Ada apa Mo ?” Tanya nya.
“Jangan khawatir Ko, kita tidak akan kekurangan makanan lagi. Baru saja aku melihat banyak makanan di pinggir hutan sana.” Terang Momo.
Koko pun kaget. “Benarkah ? wah kalau begitu kita tidak akan sulit lagi mencari makanan.”
Momo pun mengangguk sambil tersenyum, lalu menceritakan tentang kebun sayur dan buah-buahan milik Pak Tani yang berada di pinggir hutan. Mereka pun langsung menyiapkan rencana untuk pergi ke sana.
Keesokan harinya mereka berangkat menuju kebun Pak Tani. Di sana terdapat banyak sayuran dan buah-buahan yang sudah masak. Air liur mereka pun mengalir deras. Mereka tidak sabar lagi untuk menikmati makanan yang melimpah itu. Namun mereka harus bersabar dan menunggu sampai Pak Tani meninggalkan kebunnya.
Setelah malam tiba, keduanya masuk ke kebun Pak Tani dan memakan sayuran dan buah-buahan yang ada dengan lahapnya. Perbuatan ini dilakukan hampir setiap hari. Jika mereka tidak mendapat makanan yang cukup dari hutan mereka selalu makan di kebun Pak Tani.
Akhirnya Pak Tani pun kesal, karena tanaman sayur dan buah yang akan di panennya sering dirusak dan dimakan oleh binatang liar. Kemudian Pak Tani membuat perangkap untuk menangkap hewan liar yang merusak kebunnya itu.
Pada suatu malam Momo dan Koko tampak kekenyangan di dalam kebun Pak Tani, keduanya tidak dapat berjalan dengan cepat untuk kembali ke hutan. Tetapi dalam perjalanan Koko melihat sebuah timun yang sangat besar. Sambil berlari, Koko mengajak Momo untuk menikmati buah yang nampak ranum tersebut. Namun tiba-tiba.
“Aaakh...., tolong....” Teriak Koko yang kakinya terjerat oleh tali perangkap Pak Tani.
Suasana kebun yang semula tenang menjadi riuh oleh suara lonceng dari perangkap tersebut. Momo pun kaget, ia ingin sekali menolong Koko yang tampak kesakitan. Tetapi karena suara lonceng yang nyaring dari perangkap tersebut, membuat Pak Tani keluar dari persembunyiannya dan langsung berlari menangkap Koko. Momo pun tidak ada pilihan lain selain berlari dan menyelamatkan diri ke hutan.
“Hmm ternyata kamu ya yang sering merusak tanaman saya” Gerutu Pak Tani setelah berhasil menangkap seekor Kancil.
Koko hanya bisa menangis dan mengeluh kesakitan. Di rumah Pak Tani, Koko di kurung dalam sebuah kurungan kayu. Setiap hari Koko selalu diberi makan oleh Pak Tani. Namun Pak Tani tidak bermaksud untuk memeliharanya, Pak Tani bermaksud akan menyembelih Koko untuk hidangan pesta pernikahan anaknya yang akan diadakan beberapa hari lagi.
Mengetahui hal tersebut, Koko hanya bisa menangis dan pasrah menyesali perbuatannya. Akan tetapi, malam sehari sebelum pesta pernikahan, Momo mendatangi rumah Pak Tani sambil mengendap-ngendap. Dia bermaksud ingin menyelamatkan Koko sahabatnya yang malang.
Koko yang terus menangis sepanjang hari kaget saat mengetahui Momo datang dan ingin berusaha membebaskannya dari kurungan. Hatinya pun sangat senang, ia ingin cepat keluar dari kurungan yang sempit itu. Jika berhasil bebas, Ia pun berjanji tidak akan merusak dan mencuri makanan lagi dari kebun Pak Tani. Momo pun juga berpikiran yang sama, ia merasa bersalah karena telah membuat sahabatnya celaka karena melakukan perbuatan yang tidak baik.
Setelah berusaha dengan susah payah, akhirnya Momo berhasil mengeluarkan Koko dari kurungan itu. Namun suara gaduh yang dibuat oleh Momo saat berusaha membebaskan Koko membuat Pak Tani terbangun dari tidurnya. Sambil mengendap-ngendap Momo dan Koko berusaha bersembunyi. Pak Tani pun kesal saat mengetahui kurungan kayunya sudah terbuka dan seekor kancil yang akan disembelihnya esok pagi juga tidak ada.
Akhirnya dengan berhati-hati Momo dan Koko berhasil keluar dari rumah Pak Tani dan langsung pergi kembali ke hutan. Koko pun selamat dari pisau tajam Pak Tani yang hendak menjadikannya santapan lezat di pesta pernikahan anaknya. Dan semenjak kejadian itu, Koko dan Momo bertekad akan selalu berusaha mencari sendiri makanan di hutan dan tidak akan lagi merusak dan mencuri makanan dari kebun Pak Tani.

Jakarta, 15 Mei 2007

Tidak ada komentar: